MENSYUKURI NIKMAT MENJADI UMMAT NABI MUHAMMAD SAW

INTISARI KHUTBAH JUM’AT 10 Januari 2014

 Masjid Agung Attin Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta

Disampaikan Oleh Ustadz H. Abdul Rahman Bustomi, M.Pd.I.

 

MENSYUKURI NIKMAT MENJADI UMMAT NABI MUHAMMAD SAW

 

Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah SWT.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menjadikan kami ummat Nabi yang Engkau Kasihi Muhammad SAW. Kenikmatan yang tiada tara yang telah Engkau berikan kepada kami yang tak mungkin kami mampu menghitungnya.

Shalawat serta salam semoga tercurah pada baginda Rasulullah, juga untuk sahabat, dan keluarga serta pengikutnya hingga akhir jaman.

Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah.

Dalam sebuah dialog  antara Rasulullah SAW dengan sahabatnya,  salah seorang sahabat bertanya “Wahai Rasul  “Apa sesungguhnya yang melatarbelakangi kerasulan Engkau ?” Rasulullah menjawab; Sesungguhnya aku di sisi Allah SWT sudah tertulis sebagai penutup para Nabi  sementara Adam masih dalam proses pembentukan tanah, dan aku akan berikan kabar kepada mu sekalian tentang sesuatu yang lebih awal dari itu : (dari Irbad bin Syariyah)

1. Do’a Ayahku Abul Anbiya Nabiullah Ibrahim AS:

Ya Tuhan kami utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Alhikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnyan Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana (QS : 2 : 129)

2. Kabar gembira dari Nabiullah Isa AS dalam Al-Qur’an Surat As-Shaf: 6

“Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberikan khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)”. Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:”ini adalah sihir yang Nyata”.

3. Nur (cahaya) dari Ibunya ketika melahirkan yang menyinari hingga Negara Syam.

Itulah Harapan-harapan dan  kabar gembira dari nabi sebelumnya, yang begitu merindukan kehadiran Rasulullah SAW sebagai pembawa cahaya kebenaran, sebagai regenerasi kenabian dan kerasulan, dimana Rasulullah adalah sebagai pemegang holisitis kenabian dari nabi-nabi sebelumnya.

Maka keagungan yang begitu besar pada diri Rasulullah SAW itu, selayaknya dan sepatutnya kita selaku ummatNya bersyukur dengan cara mencontoh keteladanan beliau. Keteladan yang tercermin pada diri kita selaku ummat Rasulullah adalah merupakan urgensi kita sebagai ummatnya.

Keteladanan itu baik berupa Shiddieq (jujur) yang memiliki makna yang sangat luhur untuk karakter hidup kita, memiliki integritas, trust dan terpercaya adalah prilaku kehidupan yang teramat didambakan untuk kehidupan di jaman modern ini. Karena tingkat kepercayaan menjadi modal dasar bagi pembangunan sebuah individu, sebuah ummat, dan bahkan sebuah bangsa. Sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Amanah adalah sebuah dimensi siddieq yang membawa nilai keagungan kita sebagai khalifah dimuka bumi merupakan pemangku amanah, amanah anak-anak kita selaku orang tua, amanah jabatan kita selaku pejabat dan bahkan amanah diri selaku abid di hadapan Allah yang semuanya tidak ada yang gratis membutuhkan suatu pertanggung jawaban kelak kita diakhirat. Rasullah adalah contoh terbaik kita, beliau lebih mencitai ummatnya daripada harta dan lain sebagainya ,bahkan ketika beliau menjelang wafat mengatakan  “Ummati-ummati-ummati” karena ummat bagi beliau adalah merupakan amanah yang besar. Bagaimana dengan kita?

Tabligh adalah transparansi, menyampaikan kebenaran secara proporsional singkatnya berbicara apa adanya tak ada tendensi dan kepentingan apalagi kepentingan politik, ekonomi dan sebaginya. Juga Bagaimana pula dengan diri kita?

Fathonah-Rasulullah adalah orang yang cerdas karena beliau bersifat jujur, amanah, dan menyampaikan apa adanya. Sementara orang jahil senantiasa berprilaku curang, khiyanat, dan tidak pernah terbuka (tablig) bahkan bingung karena semuanya dibungkus dengan ketidakbenaran. Lalu dimanakah posisi kita ?

Sebagai penutup dari khutbah yang pendek ini ,Tentulah  kita ingin hidup bahagia di dunia dan di akhirat serta ingin dijauhkan dari siksa api neraka dan ingin sekali mendapatkan Syafaatatul Udzma Rasulullah SAW.  kelak di akhirat.

Untuk itu sebagai rasa syukur kita sebagai ummatnya  kita senantiasalah mencontoh keteladanan Rasulullah SAW.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan.