MARHABAN YAA RAMADHAN
Oleh: Abdul Muis Beddu, SE.I
Sebuah kalimat indah yang biasa diucapkan ketika tiba bulan suci Ramadhan yakni “Marhaban Yaa Ramadhan” yang berarti “Selamat Datang Ramadhan”, ini mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan, dan tidak menganggap kehadiran bulan Ramadhan mengganggu ketenangan atau suasana nyaman kita. Marhaban Yaa Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan dididik agar lebih dekat kepada Allah Swt.
Seorang muslim perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya dalam menyambut kedatangan bulan istimewa ini. Bahkan Rasulullah Saw biasanya sejak dua bulan sebelum datang Ramadhan sudah berdoa agar diberkahi dan disampaikan pada bulan mulia Ramadhan. Artinya, Rasulullah ingin menggambarkan betapa istimewanya Ramadhan sehingga sepatutnya seorang muslim sudah mulai mengkondisikan diri menyambutnya lewat doa seperti tersebut.
Rasulullah bersabda, “barang siapa yang bergembira memasuki bulan suci Ramadhan, maka sungguh jasadnya diharamkan masuk ke dalam api neraka”.
Tentunya kata “gembira” di sini tidak sekedar dimaknai gembira secara emosional atau sekedar membersihkan rumah atau tempat ibadah saja. Namun, gembira lebih dimaknai ke arah persiapan yang optimal untuk menghadapi bulan Ramadhan yang mulia dengan mengisi dengan aktifitas-aktifitas ibadah. Sehingga sangat pantas orang-orang yang seperti inilah yang akan terhindar dari api neraka.
Bahkan dalam sebuah hadits juga disebutkan: “Jika seandainya umatku tahu akan keutamaan bulan Ramadhan maka niscaya mereka akan memohon kepada Allah agar setiap bulan adalah bulan Ramadhan”.
Mengapa Bulan Ramadhan Begitu Istimewa?
Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila datang bulan Ramadhan, dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan dibelenggu.” (HR. Muslim)
Menurut al-Qadhi Iyadh Rahimahullah, ada kemungkinan yang dimaksud adalah makna yang sebenarnya karena merupakan tanda bagi para malaikat bahwa bulan Ramadhan telah masuk. Atau ini merupakan isyarat akan banyaknya pahala serta pengampunan dan berkurangnya gangguan setan, sehingga mereka seperti orang orang yang terbelenggu.
Amalan-amalan sunnah di bulan Ramadhan, pahalanya dinilai sama dengan amalan wajib sementara amalan wajib pahalanya akan dilipatkan gandakan. Ini disebabkan karena Allah yang langsung akan memberikan pahala sesuai dengan kualitas ibadah hamba-hamba-Nya di bulan itu.
- 1. Terdapat Perintah Melaksanakan Puasa
Allah Swt berfirman di dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 183.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ayat ini dimulai dengan panggilan lembut dan penuh kasih sayang, wahai orang-orang yang beriman. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan kewajiban puasa dengan kalimat pasif tanpa menunjuk siapa yang mewajibkannya, diwajibkan atas kamu. Redaksi ini boleh jadi untuk mengisyaratkan bahwa puasa sedemikian penting dan bermanfaat bagi setiap orang. Selanjutnya yang diwajibkan adalah ash-shiyaam, yakni menahan diri dari tidak makan, tidak minum, dan tidak bercampur dengan pasangan dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Bahkan kaum sufi berpendapat agar seluruh anggota tubuh juga hati dan pikiran dikendalikan dari melakukan segala macam dosa. Kemudian ayat ini menjelaskan bahwa kewajiban itu adalah, sebagaimana telah diwajibkan pula atas umat terdahulu sebelum kamu. Dan akhirnya kewajiban puasa adalah agar kamu bertakwa, karena dengan kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya maka kita akan terhindar dari segala macam sanksi dan dampak buruk, baik duniawi maupun ukhrawi. Orang yang berpuasa sangat dekat dengan Allah karena saat tidak makan, tidak minum, tidak berhubungan sex, kita dalam batas tertentu sedang berupaya meniru sifat Allah.
Dan sunnguh, ketika berpuasa, seseorang merasakan betul kehadiran Allah di mana pun ia berada sehingga senantiasa berlaku jujur, senantiasa menyebarkan getar kebaikan dan kedamaian. Selalu merasa diawasi Allah, maka apa yang selalu dipikirkan, dibayangkan, dan dirasakan akan mempengaruhi dan menggerakkan perilaku seseorang selalu terikat dan tertuju kepada Allah Yang Maha Kasih. Dan ketika kasih Allah merasuk ke dalam diri kita, maka kita pun akan menjadi hamba-hamba yang selalu menyebarkan kasih dan kebaikan.
- 2. Pertama Kali Diturunkan Al-Quran
Allah Swt berfirman di dalam al-Quran:
Artinya: “ (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara hak dan yang batil).”….(QS. Al-Baqarah: 185)
Al-Quran merupakan petunjuk bagi manusia menyangkut tuntunan yang berkaitan dengan aqidah, dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dalam hal rincian hukum-hukum syariat. Bisa juga dikatakan, bahwa al-Quran adalah kitab yang maha agung, sehingga secara berdiri sendiri ia merupakan petunjuk. Penegasan bahwa al-Quran yang demikian itu sifatnya diturunkan pada bulan Ramadhan, mengisyaratkan bahwa sangat dianjurkan untuk membaca dan mempelajari al-Quran selama bulan Ramadhan, dan yang mempelajarinya diharapkan memperoleh petunjuk serta memahami dan menerapkan penjelasan-penjelasannya. Karena, dengan membaca al-Quran ketika itu yang bersangkutan menyiapkan wadah hatinya untuk menerima petunjuk Ilahi berkat makanan ruhani yang memenuhi kalbunya. Bahkan jiwanya akan sedemikian cerah, pikirannya begitu jernih, sehingga ia akan memperoleh kemampuan untuk membedakan yang hak dan yang batil.
- 3. Terdapat Lailatul Qadar
Lailatul Qadar adalah suatu malam yang penuh berkah, dimana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan penuh kebijaksanaan.
Lailatul Qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia, menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad Saw guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingannya. Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya al-Quran serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Bahkan malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi.
Allah Swt berfirman di dalam al-Quran:
Artinya: “Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi kami.” (QS. Ad-Dukhan: 3 – 5)
Malam tersebut adalah malam mulia namun tidak mudah dikatahui betapa besar kemuliaannya. Tapi yang jelas ia lebih baik dari seribu bulan. Bulan Ramadhan adalah bulan kehadirannya, karena bulan ini adalah bulan penyucian jiwa, dan itu pula sebabnya ia diduga oleh Rasulullah datang pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Dan itu pula sebabnya Rasulullah menganjurkan sekaligus melakukan i’tikaf. Karena ketika itu, diharapkan jiwa manusia yang berpuasa selama dua puluh hari sebelumnya telah mencapai satu tingkat kesadaran dan kesucian yang memungkinkan malam mulia itu berkenan mampir menemuinya.
Dan apabila jiwa telah siap, kesadaran telah bersemi, dan lailatul Qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya pada masa-masa mendatang. Saat itu menjadi titik tolak guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak, dan sejak saat itu, malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbit fajar kehidupannya yang baru kelak di hari kemudian.
Lalu Apa Persiapan Menghadapi Bulan Ramadhan?
- 1. Persiapan Hati
Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menata hati, menghilangkan penyakit dan sifat-sifat tercela yang hinggap di dalamnya, oleh karena itu sebelum datangnya bulan suci mari bersihkan hati, buang jauh-jauh sifat iri dan dengki serta rasa permusuhan terhadap orang lain, saling memaafkan dan saling memaafkan. Dan saat kita berada dalam bulan Ramadhan hati kita telah penuh cahaya Ilahi sehingga lebih mudah dalam meraih kemuliaan Ramadhan.
- 2. Persiapan Ilmu
Imam Al-Ghazali mengatakan: “manusia akan celaka bila tanpa ilmu” bahkan Rasulullah pun bersabda dalam sebuah haditsnya: “menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslimin dan muslimat”. (HR. Ibnu Majah)
Puasa Ramadhan ataupun ibadah lainnya akan berbuah pahala yang berlipat ganda dan menghapuskan diri dari berbagai dosa manakala didasari oleh ilmu, karena ibadah yang tanpa ilmu maka akan sia-sia. Rasulullah bersabda: “berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya lapar dan dahaga”. (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)
- 3. Persiapan Ruhani
Persiapan ruhani dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti membaca al-Quran, puasa sunnah, dzikir, doa, dan lain-lain. Rasulullah memberikan contoh kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan Aisyah Ra berkata: “saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban”. (HR. Muslim)
Bulan Sya’ban adalah bulan dimana amal shalih diangkat ke langit. Rasulullah bersabda: dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya: “ wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul Saw bersabda: “bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi berpuasa”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, dan Ibnu Huzaimah)
- 4. Persiapan Fisik
Seorang mukmin yang ingin beribadah secara maksimal di bulan Ramadhan akan terhambat jika fisiknya sakit, oleh karena itu merawat fisik agar senantiasa sehat harus dilakukan dengan cara berolah raga, makan minum tidak berlebihan, dan berbagai cara yang dapat menjaga kesehatan fisik kita sebelum ataupun pada bulan Ramadhan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah, “ semua telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. (HR. Muslim).
Seorang mukmin seharusnya kuat fisik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dalam beribadah, dan lain lain. Dan bagi orang-orang yang berpuasa semata-mata demi mengharap ridho-Nya, ia akan menjadi seorang mukmin yang kuat dalam berbagai hal.
Namun Demikian, Mengapa Kita Masih Melihat Kejahatan dan Kemaksiatan di Bulan Ramadhan?
Al-Qurthubi Rahimahullah berpendapat, kemaksiatan selain disebabkan godaan setan juga karena jiwa yang buruk, atau karena selalu membiasakan melakukan pelanggaran, tetapi karena setan ada yang berasal dari jenis manusia. Oleh karena itu, seberapa besar kebaikan akan diperoleh seseorang sangat bergantung kepada bagaiman ia menyikapi dan menyambut kedatangan Ramadhan. Bila ia sikapi dan sambut dengan suka cita, maka Ramadhan akan menjadi pembuka rahmat Allah dan pintu surga baginya.
Orang yang sungguh-sungguh berpuasa, akan mendapatkan kecerdasan spiritual yang melahirkan kepekaan yang mendalam sehingga dapat melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, menegaskan wujud Tuhan, memperhalus budi pekerti. Juga akan meraih kecerdasan emosional, agar seseorang mampu mengendalikan hawa nafsunya, bukan membunuh dan meniadakannya sehingga jiwa manusia seimbang lalu menjadikannya berpikir logis, objektif, bahkan memiliki kesehatan dan keseimbangan tubuh serta mendorong lahirnya ketabahan dan kesabaran menghadapi tantangan dan ujian. Tentunya juga orang yang telah terlatih dalam melaksanakan ibadah puasa akan memperoleh kecerdasan intelektual karena pengetahuan adalah nur (cahaya) yang dicampakkan Allah ke hati siapa yang mempersiapkan diri untuk meraihnya.
Dan untuk meraih prestasi Ramadhan, kita harus membuka diri, membersihkan dan membuang jauh berbagai pikiran, perasaan serta prilaku kotor karena akan menghalangi energi dan cahaya Ilahi untuk nuzul ke dalam diri kita.
Akhirnya, jika seluruh persiapan telah kita lakukan, kita tinggal memanjatkan doa semoga Allah mengizinkan kita semua bertemu dengan bulan Ramadhan, mampu menikmati hidangan spritual yang sangat berlimpah, dan meraih kemuliaan Ramadhan dan setelah itu kita akan terlahir kembali menjadi manusia baru yang beruntung karena wajah kita berseri-seri saat berjumpa dengan Allah Swt. Amiin…