Khutbah Jum’at, Masjid Agung At-Tin 9 Mei 2014
Oleh : Teguh Wibowo
عن النواس بن سمعان رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( البر حسن الخلق والإثم ما حاك في نفسك وكرهت أن يطلع عليه الناس ). رواه مسلم [ رقم : 2553 ]. وعن وابصه بن معبد رضي الله عنه ، قال : أتيت رسول الله صلي الله عليه وسلم ، فقال : ( جئت تسأل عن البر ؟ ) قلت : نعم ؛ فقال : ( استفت قلبك ؛ البر ما اطمأنت إليه النفس واطمأن إليه القلب ، والإثم ما حاك في النفس وتردد في الصدر ، وإن أفتاك الناس وأفتوك ). حديث حسن ، رويناه في مسندي الإمامين أحمد بن حنبل [ 4/ 227] ، والدارمي بإسناد حسن .
[2/ 246]
Artinya :
Dari Nawwas bin Sam’an RA dari Nabi SAW, Beliau SAW bersabda : ’’Kebajikan itu akhlaq yang terpuji, sedangkan dosa itu apa-apa yang membuat gundah di dalam jiwamu dan engkau membenci jika hal itu diketahui manusia.’’ HR Imam Muslim.
Dan dari Wabishoh bin Ma’bad RA, ia berkata : ‘’Aku datang menemui Rosululloh SAW, maka Beliau SAW bersabda : Engkau datang untuk menanyakan tentang Kebajikan ? Aku menjawab : Ya (benar). Maka Beliau SAW bersabda : Mintalah fatwa pada hatimu. Kebajikan itu apa-apa yang mendatangkan ketenangan dalam jiwa dan hati, sedangkan dosa itu apa-apa yang membuat resah di dalam jiwa dan membuat bimbang di dalam dada, sekalipun manusia sama memberi fatwa kepadamu.’’ HR Imam Ahmad dan Imam Ad Daromi.
Alloh menciptakan manusia dengan memiliki hati yang fitrah. Di antara fitrahnya hati manusia adalah mampu membedakan baik dan buruk, atau mampu membedakan perbuatan baik (kebajikan) dan perbuatan dosa. Begitupun dampak dari perbuatan tersebut, secara naluri, hati manusia akan merasa tenang dan tenteram dengan perbuatan baik, dan jiwa ataupun hati akan merasa resah, gundah dan gelisah dengan perbuatan dosa, serta ada rasa malu kalau perbuatan tersebut dilihat oleh orang lain. Sekalipun pada saat mengerjakan perbuatan dosa tersebut tidak ada orang yang melihat, tapi hati tetap saja ada rasa was-was dan takut kalau-kalau suatu saat perbuatan itu akan diketahui oleh manusia.
Itulah di antara fungsi hati. Apabila hati sudah tidak lagi mampu membedakan baik dan buruk serta tidak mampu membedakan kebajikan dan dosa, ini namanya hati yang sakit. Karena organ yang sakit itu tidak bisa bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. Alloh SWT berfirman :
Artinya : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(QS. Al Baqoroh, 2:10)
Hati kecil manusia yang fitrah itu selalu mengajak kepada kebajikan dan takut serta malu kepada perbuatan buruk dan dosa. Jika ada hati yang tidak malu kepada perbuatan dosa dan tidak suka pada kebajikan, maka hati itu sudah tidak bisa menjalankan fungsinya denga baik, ini uang dosebut hati yang sakit. Atau sebenarnya hatinya itu benar, tapi ucapan dan perbuatannya itu bertolak belakang dengan hati kecilnya, ini disebut dengan mendustakan suara hati yang suci.
Orang yang demikian ini, jiwanya akan tersiksa dan menderita. Ini baru di dunia, sedangkan di akhirat nanti ada siksaan yang lebih menyakitkan.
Perbuatan buruk dan dosa itu sekalipun didukung oleh orang lain, atau ada orang yang memberi fatwa (membela) dan me-legal-kannya, tetap saja tak akan mampu membuat hati menjadi tenang. Hati kecil yang suci tetap merasa takut dan malu, kalau-kalau suatu saat perbuatannya akan terbongkar atau diketahui orang lain.
Inilah naluri atau sifat dasar hati manusia yang diciptakan Alloh secara fitri. Alloh SWT berfirman :
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar Rum, 30:30)
Hati manusia yang fitrah itu nalurinya merasa cocok dengan ajaran agama Islam. Itulah agama yang lurus yang diturunkan Alloh sesuai dengan fitrah hati manusia. Maka jika hati manusia tunduk dan patuh pada ajaran agama Islam, ia akan tetap fitrah sampai pada saat ia kembali menghadap Alloh dalam keadaan fitrah, tidak ada perubahan (menjadi kotor). Inilah hati yang selamat (qolbun salim) dan jiwa yang tenang (nafsul muthmainnah),dan akan memperoleh kebahagiaan yang hakiki baik di dunianya maupun di akhiratnya. Alloh SWT berfirman :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. ( QS. Ali Imron, 3:102).
Juga firman-Nya :
Artinya : 27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, 30. Masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al Fajr, 89:27-30).
Demikianlah, pada akhirnya manusia yang memiliki hati yang fitrah dan sehat yaitu hati yang mampu membedakan baik dan buruk, kemudian tunduk dan patuh kepada ajaran agama Islam yang lurus, maka ia akan memiliki jiwa yang tenang, tenteram, damai dan bahagia. Tidak hanya di dunianya saja, melainkan sampai pada saat ia kembali menghadap Tujannya, ia akan memperoleh keselamatan dan kebahagiaan abadi.
Alloh SWT berfirman :
Artinya : Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. (QS. Al Ma-idah, 5:16).
Juga firman-Nya :
¨Artinya : Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (QS. Al Isro, 17:9)
Semoga Alloh memberi kepada kita hati yang sehat, yaitu hati yang mampu membedakan kebaikan dan keburukan serta tunduk patuh kepada ajaran Islam, agama yang lurus yang diturunkan Alloh kepada ummat manusia sebagai tuntunan dan pedoman hidupnya di dunia ini, agar memperoleh keselamatan dan kebahagiaan, baik di dunianya maupun di akhiratnya. Amin ya robbal ‘alamin.